Kemdikbud Berikan Apresiasi untuk Insan Film Pendek

Jakarta --- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberikan apresiasi kepada insan film pendek Indonesia sebagai bentuk perhatian dan dukungan terhadap perkembangan kemajuan dan pembinaan film pendek Indonesia. Sebanyak 15 insan film pendek Indonesia menerima insentif dalam bentuk uang tunai masing-masing senilai 50 juta rupiah (dipotong pajak).
Satu dari 15 penerima tersebut menerima penghargaan berupa Anugerah Pengabdian Seumur Hidup, yaitu Gotot Prakosa. Pemberian penghargaan berlangsung di Graha Utama Kemdikbud, Jakarta, (3/12), oleh Direktur Pembinaan Kesenian dan Perfilman Kemdikbud, Sulistyo Tirtokusumo.
Dalam sambutannya, Sulistyo mengatakan, kegiatan Apresiasi Insan Film Pendek Indonesia 2012 bertujuan memberikan prnghargaan kepada para pembuat film pendek yang berprestasi di luar negeri, sebagai bentuk stimulasi untuk meningkatkan jumlah dan mutu karya film pendek Indonesia.
Sementara Gotot Prakosa, pelopor film pendek eksperimental di Indonesia yang menerima Anugerah Pengabdian Seumur Hidup berharap, semua pihak bisa membantu dan mengembangkan film pendek Indonesia, termasuk industri perfilman Indonesia.
Ke-15 insan film pendek yang mendapatkan apresiasi dari kemdikbud merupakan hasil seleksi. Komite Seleksi terdiri dari Hanung Bramantyo (sutradara), Ifa Isfansyah (sutradara), Sari Mochtan (produser), Ladya Cheryl (aktris), Tito Imanda (akademisi), Zakiah (komunitas film), dan Varadilla (komunitas film).
Selain Gotot Prakosa, para penerima apresiasi tersebut adalah Faozan Rizal, yang membuat film pendek dengan eksplorasi sinematografi; BW Purbanegara, peraih penghargaan Citra hingga film pendek terbaik di Vladivostok Film Festival; Tony Trimarsanto, yang konsisten membuat film-film documenter; Yuli Andari, pemenang documenter terbaik dalam Festival Epona France dan sutradara terbaik di Tehran International Short Film Festival; Chairun Nissa, penerima penghargaan khusus di Rome Independent Film Festival; Ariani Darmawan, atas konsistensinya dengan film-film pendek yang mempunyai bentuk dan cara bertutur yang tidak biasa; Ismail Basbeth, dinilai sebagai pembuat film paling aktif dan serius membuat film pendek dalam kurun wkatu lima tahun terakhir; Eddie Cahyono, yang aktif mencari tema yang berbeda sesuai perkembangan zaman; Yosep Anggi Noen, dengan kemampuannya menggambarkan situasi dan fenomena lokal dalam konteks yang global; Tintin Wulia, yang memiliki gaya bertutur unik dalam filmnya; Aryo Danusiri, pembuat film documenter dengan latar belakang disiplin ilmu antropologi; Hafiz, yang menghasilkan karya documenter dengan pendekatan yang berbeda dan berani; Bowo Leksono, yang konsisten dalam menggerakkan dan membangun komunitas-komunitas film pendek lokal; dan Ari Rusyadi, pembuat film muda yang berhasil menunjukkan benturan antara tradisi dan modernitas dalam filmnya. (DM, JS)

Sumber: Kemdikbud.go.id